Nabila Dhea Shahrani
13040112130160
Ilmu Perpustakaan Kelas C UNDIP

Selasa, 02 Juli 2013

PENGENDALIAN SISTEM KEAMANAN INFORMASI



Oleh : Nabila Dhea Shahrani
NIM : 13040112130160 – Kelas C – Semester 2
Program Studi Ilmu Perpustakaan – Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro


Abstrak
Tiga tujuan utama dari keamanan informasi kerahasiaan,integritas, dan ketersediaan haruslah hadir disetiap sistem informasi. Kombinasi kerahasiaan,ketersediaaan,dan integritas dalam porsi yang pantas untuk mendukung tujuan organisasi akan dapat menghasilkan sistem yang dapat dipercayai oleh para user.
Kata kunci : keamanan, sistem, user, informasi 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Pengendalian Sistem Keamanan Informasi
Pengendalian yang dimaksud dalam makalah ini adalah sejauh mana pengendalian informasi mempunyai peran dalam mencegah dan mendeteksi adanya kesalahan-kesalahan . Sebuah pengendalian dapat berhasil ketika kesalahan dapat diminimalisir.
Karena masih banyak kejadian yang terjadi akibat masih kurangnya keamanan informasi dan masih sedikit orang yang mengetahui kegunaan sistem keamanan informasi.
Oleh karena itu, saya ajukan makalah yang berguna untuk mengetahui bagaimana menjalankan sistem keamanan informasi dan apa saja hal yang berhubungan dangan sistem informasi.
1.2  Tujuan Pengendalian Sistem Keamanan Informasi
1.      Agar tidak banyak terjadi kerusakan-kerusakan sistem komputer akibat tidak adanya sistem keamanan.
2.      Sebagai petunjuk bagaimana mengendalikan atau mengontrol ssstem keamanan informasi.
3.      Supaya lebih mengetahui apa saja hal-hal yang terkait dengan sistem keamanan informasi. 
1.3  Sistematika Penulisan Makalah
Bab I               : PENDAHULUAN
Bab ini akan membahas latar belakang Pengendalian Sistem Keamanan Informasi, Tujuan Sistem Keamanan Informasi, dan Sistematika Penulisan Makalah ini.

            Bab II             : PENGERTIAN SISTEM KEAMANAN INFORMASI
Pada Bab ini akan menerangkan tentang Arti Sistem Keamanan Informasi, Kontrol-Kontrol Pengamanan Sistem Informasi, dan Aspek-Aspek Keamanan Sistem Informasi.

            Bab III            :  PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran mengenai Pengendalian Sistem Keamanan Informasi.
                                   
DAFTAR PUSTAKA
Berisi sumber-sumber penegtahuan tentang Sistem Keamanan Informasi yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, artikel tercetak maupun elektronik.


BAB II
PENGERTIAN SISTEM KEAMANAN INFORMASI
2.1 Arti Sistem Keamanan Informasi
Menurut G.J Simons, keamanan informasi adalah bagaimana kita dapat mencegah penipuan atau paling tidak mendeteksi adanya penipuan di sebuah sistem yang berbasis informasi, dimana informasinya sendiri tidak memiliki arti fisik.
Selain itu keamanan sistem informasi bisa diartikan sebagai kebijajan, prosedur, dan pengukuran teknis yang digunakan untuk mencegah akses yang tidak sah, program, pencurian, atau kerusakan fisik terhadap sistem informasi. Sistem pengamanan terhadap teknologi informasi dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik-teknik dan peralatan-peralatan untuk mengamankan perangkat keras dan lunak komputer, jaringan komunikasi, dan data.
2.2 Kontrol-Kontrol Pengamanan Sistem Informasi
Berkaitan dengan keamanan system informasi, diperlukan tindakan berupa pengendalian terhadap sistem informasi. Kontrol-kontrol yang dapat dilakukan untuk pengamanan sistem informasi antara lain:
a.      Kontrol Administratif
Kontrol administratif dimaksudkan untuk menjamin bahwa seluruh kerangka control dilaksanakan sepenuhnya dalam organisasi berdasarkan prosedur-prosedur yang jelas. Kontrol ini mencakup hal-hal berikut:
Mempublikasikan kebijakan kontrol yang membuat semua pengendalian sistem informasi dapat dilaksanakan dengan jelas dan serius oleh semua pihak dalam organisasi.
Prosedur yang bersifat formal dan standar pengoperasian disosialisasikan dan dilaksanakan dengan tegas. Termasuk hal ini adalah proses pengembangan sistem, prosedur untuk backup, pemulihan data, dan manajemen pengarsipan data.
Perekrutan pegawai secara berhati-hati yang diikuti dengan orientasi pembinaan, dan pelatihan yang diperlukan.
Supervisi terhadap para pegawai. Termasuk pula cara melakukan kontrol kalau pegawai melakukan penyimpangan terhadap yang diharapkan.
Pemisahan tugas-tugas dalam pekerjaan dengan tujuan agar tak seorangpun yang dapat menguasai suatu proses yang lengkap. Sebagai contoh, seorang pemrogram harus diusahakan tidak mempunyai akses terhadap data produksi (operasional) agar tidak memberikan kesempatan untuk melakukan kecurangan.
b.      Kontrol Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem
Untuk melindungi kontrol ini, peran auditor sangat sistem informasi sangatlah penting. Auditor system informasi harus dilibatkan dari masa pengembangan hingga pemeliharaan system, untuk memastikan bahwa system benar-benar terkendali, termasuk dalam hal otorisasi pemakai system. Aplikasi dilengkapi dengan audit trail sehingga kronologi transaksi mudah untuk ditelusuri.
c.       Kontrol Operasi
Kontrol operasi dimaksudkan agar system beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Termasuk dalam kontrol ini:
 -Pembatasan akan akses terhadap data
Akses terhadap ruangan yang menjadi pusat data dibatasi sesuai dengan wewenang yang telah ditentukan. Setiap orang yang memasuki ruangan ini harus diidentifikasi dengan benar. Terkadang ruangan ini dipasangi dengan CTV untuk merekam siapa saja yang pernah memilikinya.
-Kontrol terhadap personel pengoperasi
Dokumen yang berisi prosedur-prosedur harus disediakan dan berisi pesoman-pedoman untuk melakukan suatu pekerjaan. Pedoman-pedoman ini arus dijalankan dengan tegas. Selain itu, [ara [ersonel yang bertugas dalam pengawasan operasi sistem perlu memastikan bahwa catatan-catatan dalam sistem komputer (system log) benar-benar terpelihara.
-Kontrol terhadap peralatan
Kontrol terhadap peralatan-peralatan perlu dilakukan secara berkala dengan tujuan agar kegagalan peralatan dapat diminimumkan.
-Kontrol terhadap penyimpanan arsip
Kontrol ini untuk memastikan bahwa setiap pita magnetic yang digunakan untuk pengarsipan telah diberi label dengan benar dan disimpan dengan tata cara yang sesuai.
-Pengendalian terhadap virus
Untuk mengurangi terjangkitnya virus, administrator sistem harus melakukan tiga kontrol berupa preventif, detektif, dan korektif.
1.      Preventif
-Menggunakan salinan perangkat lunak atau berkas yang berisi makro yang benar-benar bersih.
-Mengindari pemakaian perangkat lunak freeware atau shareware dari sumber yang belum bisa dipercaya.
-Menghindari pengambilan berkas yang mengandung makro dari sembarang tempat.
-Memeriksa program baru atau berkas-berkas baru yang mengandung makro dengan program anti virus sebelum dipakai.
-Menyadarkan pada setiap pemakai untuk waspada terhadap virus.
2.      Detektif
-Secara rutin menjalankan program antivirus untuk mendeteksi infeksi virus.
-Melakukan pembandingan ukuran-ukuran berkas untuk mendeteksi perubahan ukuran pada berkas

-Melakukan pembandingan tanggal berkas untuk mendeteksi perubahan tanggal berkas.
3.      Korektif
-Memastikan pem-backup-an yang bersih
-Memiliki rencana terdokumentasi tentang pemulihan infeksi virus.

-Menjalankan program antivirus untuk menghilangkan virus dan program yang tertular.
 d. Proteksi Fisik terhadap Pusat Data
Untuk menjaga hal-hal yangtidak diinginkan terhadap pusat data, factor lingkungan yang menyangkut suhu, kebersihan, kelembaban udara, bahaya banjir, dan keamanan fisik ruangan perlu diperhatikan dengan benar. Peralatan-peralatan yang berhubungan dengan faktor-faktor tersebut perlu dipantau dengan baik.
Untuk mengantisipasi segala kegagalan sumber daya listrik, biasa digunakan UPS. Dengan adanya peralatan ini, masih ada kesempatan beberapa menit sampai satu jam bagi personil yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan-tindakan seperti memberikan peringatan pada pemakai untuk segera menghentikan aktivitas yang berhubungan dengan sistem komputer. Sekiranya sistem memerlukan operasi yang tidak boleh diputus, misalnya pelayanan dalam rumah sakit, sistem harus dilengkapi generator listrik tersendiri.
e. Kontrol Perangkat Keras
Untuk mengatisipasi kegagalan sistem komputer, terkadang organisasi menerapkan sistem komputer yang berbasis fault-tolerant
(toleran terhadap kegagalan). Sistem ini dapat berjalan sekalipun terdapat gangguan pada komponen-komponennya. Pada sistem ini, jika komponen dalam sistem mengalami kegagalan maka komponen cadangan atau kembarannya segera mengambil alih peran komponen yang rusak dan sistem dapat melanjutkan operasinya tanpa atau dengan sedikit interupsi.
Sistem fault-tolerant dapat diterapkan pada lima level, yaitu pada komunikasi jaringan, prosesor, penyimpan eksternal, catu daya, dan transaksi. Toleransi kegagalan terhadap jaringan dilakukan dengan menduplikasi jalur komunikasi dan prosesor komunikasi. Redundasi prosesor dilakukan antaralain dengan teknik watchdog processor, yang akan mengambil alih prosesor yang bermasalah.
Toleransi terhadap kegagalan pada penyimpan eksternal antara lain dilakukan melalui disk memoring atau disk shadowing, yang menggunakan teknik dengan menulis seluruh data ke dua disk secara pararel. Jika salah satu disk mengalami kegagalan, program aplikasi tetap bisa berjalan dengan menggunakan disk yang masih bai. Toleransi kegagalan pada catu daya diatasi melalui UPS. Toleransi kegagalan pada level transaksi ditanganimelalui mekanisme basis data yang disebut rollback, yang akan mengembalikan ke keadaan semula yaitu keadaan seperti sebelum transaksi dimulai sekiranya di pertengahan pemrosesan transaksi terjadi kegagalan.
 f. Kontrol Akses terhadap Sistem Komputer
 Untuk melakukan pembatasan akses terhadap sistem, setiap pemakai sistem diberi otorisasi yang berbeda-beda. Setiap pemakai dilengkapi dengan nama pemakai dan password. Password bersifat rahasia sehingga diharapkan hanya pemiliknyalah yang tahu
password-nya. Setelah pemakai berhasil masuk ke dalam sistem (login), pemakai akan mendapatkan hak akses sesuai dengan otoritas yang telah ditentukan. Terkadang, pemakai juga dibatasi oleh waktu. Kontrol akses juga bisa berbentuk kontrol akses berkas. Sebagai contoh, administrator basis data mengatur agar pemakai X bisa mengubah data A, tetapi pemakai Y hanya bisa membaca isi berkas tersebut.
Jika pendekatan tradisional hanya mengandalkan pada password, sistem-sistem yang lebih maju mengombinasikan dengan teknologi lain. Misalnya, mesin ATM (anjungan tunai mandiri) menggunakan kartu magnetic atau bahkan kartu cerdas sebagai langkah awal untuk mengakses sistem dan kemudian baru diikuti dengan pemasukan PIN (personal identification number). Teknologi yang lebih canggih menggunakan sifat-sifat biologis manusia yang bersifat unik, seperti sidik jari dan retina mata, sebagai kunci untuk mengakses sistem.
Pada sistem yang terhubung ke Internet, akses Intranet dari pemakai luar (via Internet) dapat dicegar dengan menggunakan firewall. Firewall dapat berupa program ataupun perangkat keras yang memblokir akses dari luar intranet.
g. Kontrol terhadap Akses Informasi
Ada kemungkinan bahwa seseorang yang tak berhak terhadap suatu informasi berhasil membaca informasi tersebut melalui jaringan (dengan menggunakan teknik sniffer). Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, alangkah lebih baik sekiranya informasi tersebut dikodekan dalam bentuk yang hanya bisa dibaca oleh yang berhak. Studi tentang cara mengubah suatu informasi ke dalam bentuk yang tak dapat dibaca oleh orang lain dikenal dengan istilah kriptografi.
Adapun sistemnya disebut sistem kripto. Secara lebih khusus, proses untuk mengubah teks asli (cleartext atau plaintext) menjadi teks yang telah dilacak (cliphertext) dinamakan enskripsi, sedangkan proses kebalikannya, dari chiphertext menjadi cleratext, disebut dekrpisi.
Dua teknik yang popular untuk melakukan enskripsi yaitu DES dan public-key encryption.
DES merupakan teknik untuk melakukan enskripsi dan deskripsi yang dikembangkan oleh IBM  pada tahun 1970-an. Kunci yang digunakan berupa kunci privat yang bentuknya sama. Panjang kunci yang digunakan sebesar 64 bit. Algoritma yang digunakan mengonversi satu blok berukuran 64 bit (8karakter) menjadi blok data berukuran 64 bit.
Sistem DES yang menggunakan kunci privat memiliki kelemahan yang terletak pada keharusan untuk mendistribusikan kunci ini. Pendistribusian inilah yang menjadi titik rawan untuk diketahui oleh pihak penyadap.
Untuk mengatasi kelemahan sistem kripto simetrik, diperkenalkan teknik yang disebut kriptografi kunci publik. Sistem ini merupakan model sistem kripto asimetrik, yang menggunakan kunci enkripsi dan dekripsi yang berbeda. Caranya adalah dengan menggunakan kunci privat dan kunci publik. Sebagai gambaran, bila pengirim S mengirimkan pesan ke penerima R, ia menggunakan kunci publik R dan kemudian R melakukan dekripsi dengan menggunakan kunci privat R.
h. Kontrol terhadap Bencana
Zwass (1998) membagi rencana pemulihan terhadap bencana ke dalam 4 komponen:
1.      Rencana darurat (emergency plan) menentukan tidakan-tindakan yang harus dilakukan oleh para pegawai manakala bencana terjadi.
2.      Rencana cadangan (backup plan) menentukan bagaimana pemrosesan informasi akan dilaksanakan selama masa darurat.
3.      Rencana pemulihan (recovery plan) menentukan bagaimana pemrosesan akan dikembalikan ke keadaan seperti aslinya secara lengkap, termasu mencakup tanggung jawab masing-masing personil.
4.      Rencana pengujian (test plan) menentukan bagaimana komponen-komponen dalam rencana pemulihan akan diuji atau disimulasikan.
Kontrol Terhadap Perlidungan Terakhir
Kontrol terhadap perlindungan terakhir dapat berupa:
-Rencana pemulihan terhadap bencana.
-Asuransi.
Asuransi merupakan upaya untuk mengurangi kerugian sekiranya terjadi bencana. Itulah sebabnya, biasanya organisasi mengansurasikan gedung atau asset-aset tertentu dengan tujuan kalau bencana terjadi, klaim asuransi dapat digunakan untuk meringankan beban organisasi.
j. Kontrol Aplikasi
           Kontrol aplikasi adalah kontrol yang diwujudkan secara sesifik dalam suatu aplikasi sistem informasi. Wilayah yang dicakup oleh kontrol ini meliputi:
1.      Kontrol Masukan
Kontrol masukan digunakan untuk menjamin keakurasian data, kelengkapan masukan, dan validasi terhadap masukan. Digit pemeriksaan (check digit) yang ditambahkan dalam suatu kode masukan merupakan suatu contoh teknik yang digunakan untk menjamin keakurasian dan keabsahan data.
2.      Kontrol Pemrosesan
Kesalahan salam pemrosesan bisa terjadi sekalipun program dibuat dengan hati-hati agar bebas dari kesalahan. Kesalahan juga bisa terjadi karena gangguan pada komponen-komponen pemrosesan. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap kebenaran hasil pemrosesan kadang-kadang perlu dilakukan sehingga kalaku terjadi hal-hal yang tidak benar segera bisa diketahui.
Kontrol proses antara lain dilakukan dengan mencantumkan total kontrol, berupa nilai total semua transaksi. Ada pula yang mencantumkan jumlah rekaman dengan maksud untuk dicocokkan dengan jumlah transaksi.
3.       Kontrol Keluaran
Kontrol keluaran dilakukan secara manual untuk memastikan bahwa hasil pemrosesan memang sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan pengamatan terhadap
dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang dihasilkan oleh komputer didasarkan pada kebenaran informasi, otorisasi, dan kerahasiaan informasi.
4.      Kontrol Basis Data
 Kontrol terhadap basis data antara lain dengan cara:
Penerapan kebijakan backup dan recovery.
Penanganan transaksi melalui mekanisme rollback dan commit. (rollback adalah kemampuan basis data yang memungkinkan pengembalian ke keadaan sebelum sebuah transaksi dimulai jika suatu transaksi tidak berjalan dengan sempurna, sedangkan commit digunakan untuk memastikan bahwa data benar-benar teah dimutakhirkan pada basis data sekiranya sebuah transaksi berlangsung dengan sempurna.
Otorisasi akses, yang mengatur orang tertentu hanya bisa melakukan tindakan tertentu pada berkas tertentu.
5.      Kontrol Telekomunikasi
Telekmunikasi merupakan komponen yang paling lemah dalam sistem informasi. Penyadapan informasi dapat dilakukan melalui sarana ini dengan cara menyergap gelombang radio dalam sistem tanpa kabel (wireless) atau dengan cara menyadap jalur fisik dalam jaringan. Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, kontrol terhadap telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara mengenkripsi informasi sehingga penyadap tidak dapat membaca informasi yang sesungguhnya. Teknik checksum juga bisa diterapkan pada data yang vital untuk mendeteksi apakah telah terjadi perubahan pada data atau tidak.
2.3 Aspek-Aspek Keamanan Sistem Informasi
Aspek keamanan informasi adalah aspek-aspek yang dilingkupi dan melingkupi keamanan informasi dalam sebuah sistem informasi. Aspek-aspek ini adalah :
privasi/kerahasiaan, menjaga kerahasiaan informasi dari semua pihak, kecuali yang memiliki kewenangan;
integritas, meyakinkan bahwa data tidak mengalami perubahan oleh yang tidak berhak atau oleh suatu hal lain yang tidak diketahui (misalnya buruknya transmisi data);
otentikasi/identifikasi, pengecekan terhadap identitas suatu entitas, bisa berupa orang, kartu kredit atau mesin;
tanda tangan, mengesahkan suatu informasi menjadi satu kesatuan di bawah suatu otoritas;
otorisasi, pemberian hak/kewenangan kepada entitas lain di dalam sistem;
validasi, pengecekan keabsahan suatu otorisasi;
kontrol akses, pembatasan akses terhadap entitas di dalam sistem;
sertifikasi, pengesahan/pemberian kuasa suatu informasi kepada entitas yang tepercaya;
pencatatan waktu, mencatat waktu pembuatan atau keberadaan suatu informasi di dalam sistem;
persaksian, memverifikasi pembuatan dan keberadaan suatu informasi di dalam sistem bukan oleh pembuatnya
tanda terima, pemberitahuan bahwa informasi telah diterima;
konfirmasi, pemberitahuan bahwa suatu layanan informasi telah tersedia;
kepemilikan, menyediakan suatu entitas dengan sah untuk menggunakan atau mengirimkan kepada pihak lain;
anonimitas, menyamarkan identitas dari entitas terkait dalam suatu proses transaksi;
nirpenyangkalan, mencegah penyangkalan dari suatu entitas atas kesepakatan atau perbuatan yang sudah dibuat;
penarikan, penarikan kembali suatu sertifikat atau otoritas.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Tiga tujuan utama dari keamanan informasi kerahasiaan,integritas, dan ketersediaan haruslah hadir disetiap sistem informasi. Kombinasi kerahasiaan,ketersediaaan,dan integritas dalam porsi yang pantas untuk mendukung tujuan organisasi akan dapat menghasilkan sistem yang dapat dipercayai (trustworthy)oleh para user.Tingkat kepercayaan ini memiliki definisi lebih luas dari sekedar keamanan informasi, karena mengabungkan isu keamanan informasi dengan isu keselamatan dan keandalan,serta perlindungan terhadap privasi.
3.2 Saran
Agar Sistem Keamanan Informasi berjalan dengan baik, maka komponen-komponen yang mendukung jalannya sistem informasi haruslah diperbaiki dahulu, supaya tidak sering terjadi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh komponen-komponen (user) dan sebagai perlindungan dari virus, worm ataupun trojan yang setiap waktu dapat menyerang komputer. 

DAFTAR PUSTAKA

2 komentar:

  1. The Casino at WinStar - Wooricasinos
    The Casino at WinStar, located in WinStar, is the 토토 라이브 스코어 flagship of 유흥 후기 the WinStar World Casino & Resort, which opened 한게임 포커 in 1990. Located on the 무료슬롯머신 famous 우리바카라 WinStar

    BalasHapus
  2. CASINO & DINNER POKER - Mapyro
    Find CASINO & 동해 출장샵 DINNER POKER, LINQ CASINO 나주 출장안마 & DINNER POKER, LINQ CASINO & 군산 출장샵 DINNER POKER, LINQ CASINO & DINNER POKER, 안동 출장마사지 LINQ 거제 출장샵

    BalasHapus